Selasa, 06 Agustus 2024

11.1.3 Tantangan Ber-Pancasila dalam Kehidupan Global

Tiga puluh tahun lalu, akses dan penyebaran informasi tentu tidak secepat sekarang
ini. Apalagi pada era kemerdekaan Indonesia, di mana teknologi masih sangat terbatas.Banyak pekerjaan yang pada abad sebelumnya masih dibutuhkan, tetapi pada abad ini mulai tak lagi dibutuhkan. Salah satu komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pernah
melaporkan bahwa sampai tahun 2030 akan ada 2 miliar pegawai di seluruh dunia yang
kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh teknologi. Di sisi lain, ada banyak jenis
pekerjaan baru yang tidak ada pada abad ke-20.
Itulah salah satu tantangan yang mesti kita hadapi. Lalu, bagaimana tantangan
tersebut berhubungan dengan konteks penerapan Pancasila? Mari kita lanjutkan
pembahasannya lebih mendalam. 

Tantangan Ideologi 
Beberapa ideologi yang mulai masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan berbang
sa dan bernegara adalah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Kata radi ka -
lisme seringkali diidentikkan dengan ekstremisme. Ekstremisme kekerasan (violent
extremism) adalah pilihan sadar untuk menggunakan kekerasan atau untuk mendukung
penggunaan kekerasan demi meraih keuntungan politik, agama, dan ideo logi.
Ekstremisme kekerasan juga dapat dimaknai sebagai sokongan, pelibatan diri, penyiapan,
atau paling tidak, dukungan terhadap kekerasan yang dimotivasi dan dibenarkan
secara ideologis untuk meraih tujuan-tujuan sosial, ekonomi, dan politik.
Sementara itu, terorisme dalam UU Nomor 15 Tahun 2003 didefinisikan sebagai
penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan situasi teror atau
rasa takut terhadap orang secara meluas dan menimbulkan korban yang bersifat massal,
dengan cara merampas harta benda orang lain, yang mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran objek-objek vital strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, dan fasilitas
internasional.
Sebagaimana kita tahu, ideologi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme mulai
menjangkiti bangsa Indonesia. Ideologi tersebut tentu saja tidak tumbuh dari tradisi
luhur bangsa Indonesia karena Indonesia memiliki budaya luhur, seperti kekeluargaan,
tenggang rasa, gotong royong, dan lain sebagainya.

Hoaks dan Post Truth 
Dampaknya apa? 
Pertama, karena banjirnya informasi tersebut, kita disuguhi
bermacam-macam informasi, baik yang penting ataupun yang tidak penting, baik yang
valid kebenarannya ataupun yang tidak. Berada di dalam dunia teknologi informasi yang
sangat pesat, ibarat kita berada dalam hutan belantara: kita bisa menjumpai apapun,
mulai dari yang kita butuhkan sampai hal-hal yang tidak kita butuhkan, mulai dari hal
yang bermanfaat sampai hal yang berbahaya. Akibatnya, kita seringkali kebingungan
menentukan mana jalan keluar dan mana jalan yang menyesatkan.
Kedua, dampak lanjutan dari beredarnya hoaks tersebut, membawa kita pada suatu
kondisi yang disebut dengan post-truth (pasca-kebenaran). Dalam kamus Oxford,
makna post-truth adalah dikaburkannya publik dari fakta-fakta objektif. Post-truth
adalah kondisi di mana fakta objektif tidak lagi memberikan pengaruh besar dalam
membentuk opini publik, tetapi ditentukan oleh sentimen dan kepercayaan. Dalam
anggapan mereka, kebenaran itu adalah hal-hal yang disampaikan berulang-berulang,
sekalipun salah.

Tantangan Global
Indonesia sebagai negara dan bangsa tidak dapat mengisolasi diri, tidak bergaul, dengan
bangsa-bangsa lain dari negara lain. Terlebih dengan bantuan teknologi informasi,
sekat-sekat batas negara itu menjadi tipis. Ketika kita dapat menggunakan bahasa
internasional, seperti bahasa Inggris, tentunya kita dapat berinteraksi dengan bangsabangsa
lain yang menggunakan bahasa yang sama.
Tak hanya berkomunikasi, pada saat bersamaan, kita juga bersaing dengan bangsabangsa
lain. Persaingan ini juga terjadi dalam bidang pekerjaan. Karena itu, kita harus
memiliki kompetensi dan keterampilan yang setara dengan bangsa-bangsa lain sehingga
dapat bersaing pada abad ke-21 ini. Lalu, keterampilan apa saja yang dibutuhkan pada
abad ke-21 ini?

Tak hanya terkait dengan kompetensi penting pada abad ke-21, dunia hari ini
menghadapi sejumlah tantangan global yang tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri.
Krisis lingkungan, pemanasan global, pandemi, kekerasan, dan perang global, adalah
beberapa contoh tantangan global yang tidak bisa ditangani sendiri, melainkan
membutuhkan kerja sama dan kolaborasi lintas negara dengan melibatkan semua pihak.

ANALISIS SWOT
Pesatnya perkembangan teknologi memberikan banyak peluang sekaligus tantangan, terlebih dalam hal menerapkan Pancasila. Berikan analisismu mengenai kaitannya dengan tantangan dan peluang penerapan Pancasila.



Heri Pribadi, S.Pd.,M.Si.
Pendidikan Pancasila
Kelas XI (Sebelas)
SMK PGRI Karisma Bangsa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar